Isu Kurikulum 2013 : Ketidaksesuaian Antara Model Pembelajaran dengan Pengimplementasian

  

         Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan yang disusun secara terstruktur dijadikan sebagai rambu- rambu untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Kurikulum berisi bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditujukan untuk para pendidik supaya memiliki arah dan tujuan dalam mendidik peserta didik. 
          Kurikulum adalah bagian yang sangat penting dalam pendidikan. Kurikulum memiliki peran yang sangat masif terhadap ketercapaian peserta didik setelah lulus nanti. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan, Indonesia pernah mengalami perubahan kurikulum sebanyak 12 kali. Hal itu berkaitan dengan adanya perkembangan zaman yang tidak bisa kita hindari dan kita prediksi. Kurikulum diharapkan dapat mengarahkan para pendidik untuk membimbing peserta didik mencapai tujuan pendidikan berdasarkan kebutuhan Sumber Daya Manusia saat ini dan di masa yang akan datang. 
          Perubahan kurikulum kerap kali menuai pro kontra dari berbagai pihak, baik dari praktisi pendidikan, akademisi, maupun orang tua. Seperti halnya ketika pemerintah mencanangkan kurikulum baru pada tahun 2013, yaitu Kurikulum 2013 (kurtilas). Kurtilas digagas sebagai solusi atas tidak tercapainya tujuan kurikulum 2006 (KTSP) pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara seimbang dan matang belum maksimal. Hal tersebut dirasakan ketika proses pembelajaran hanya didominasi pada penguasaan pengetahuan serta mengesampingkan aspek sikap dan keterampilan, sehingga banyak siswa yang memiliki pengetahuan luas tapi rendah dalam hal sikap, moral, dan keterampilan dalam menciptakan sesuatu. Maka dari itu, pemerintah, Kemendikbub membuat kebijakan mengganti kurikulum dari KTSP ke Kurtilas. 
           Kurikulum 2013 menekankan pada 3 ranah kompetensi, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terintegrasi. Dalam hal ini, diharapkan peserta didik memiliki kecerdasan intelektual dan sikap yang baik. Dalam kurikulum 2013, guru bukan hanya sekedar  orang yang menyampaikan ilmu pengetahuan di kelas, tapi juga sebagai pendamping peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru harus bisa menghidupkan suasana belajar yang aktif dalam kelas, sehingga peserta didik aktif dalam bertanya, berpendapat, dan mengembangkan ide. 
           Meninjau pada proses pembelajaran kurikulum 2013, hal itu sesuai dengan teori belajar konstruktivisme, yang mana proses belajar tersebut diperoleh dari pengalaman yang dimiliki peserta didik itu sendiri, yaitu melalui proses  mengamati, menemukan masalah, menganalisis, dan menyimpukan, sehingga dapat meningkatkan daya berpikir kritis para siswa. Selain itu, para siswa juga dilatih untuk memiliki sikap- sikap ilmiah yang mana itu berkaitan dengan kehidupannya sehari- hari, seperti sikap sabar, jujur, disiplin, percaya diri, pantang menyerah, karena pada kurikulum ini menggunakan metode saintifik dalam pelaksanaannya. 
           Namun demikian, banyak pihak mengatakan bahwa rencana penerapan kurikulum 2013 ini dinilai masih mentah, karena banyak rancangan konseptual dan praktisi yang belum matang, sehingga tidak adanya kepaduan antara konsep dengan implementasinya. Yang menjadi poin penting dalam kurikulum 2013 adalah keaktifan siswa dalam bertanya, menyampaikan pendapat, dan mengembangkan ide. Tetapi realisasi tidak sesuai dengan ekspektasi, karena masih ada beberapa guru yang menggunakan metode ceramah (guru menyampaikan, murid mendengarkan). Hubungan antara guru dengan siswa cenderung sebatas untuk menuntaskan capaian pembelajaran pada tiap- tiap mata pelajaran, sehingga tidak ada character building di dalamnya. Apalagi ada penambahan jam belajar dari 46 jam menjadi 50 jam dalam seminggu  dan tugas yang diberikan oleh setiap guru, justru membuat jenuh dan menambah beban para siswa untuk belajar, para siswa juga kehilangan waktu untuk mengembangkan bakat dan keterampilan. 
           Perencanaan tanpa pengimplementasian yang tepat dapat menghambat keberhasilan pencapaian tujuan pada kurtilas. Ketidaksesuaian antara konsep dengan implementasi ini didasarkan pada kesiapan sekolah dan pengetahuan guru untuk menerapkan kurikulum 2013 dinilai masih lemah. Beberapa sekolah juga terhambat pada biaya karena untuk mengganti semua media pembelajaran membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan beberapa guru juga belum pernah mengikuti pelatihan untuk menerapkan pendekatan ilmiah pada setiap mata pelajaran. Mengutip dari Djaelani, Pratikto, dan Setiawan (2018) “... Pendekatan ilmiah adalah proses pembelajaran ada kegiatan ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati atau mengobservasi, menanya atau diskusi, mengumpul-kan informasi, menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasian atau mempresentasikan hasilnya.”. Oleh sebab itu, beberapa guru belum mampu mentransformasikam pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran, terutama pada mata pelajaran sosial. 
           Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F. Olivva (1982) menyatakan bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman peserta didik  yang diarahkan dan dikembangkan di sekolah. Sesuai pernyataan di atas menjadi penting bahwa kurikulum 2013 menjadi salah satu proses pembelajaran untuk peserta didik yang dikembangkan dari pengalaman masing- masing peserta didik. Guru hanya sebagai mediator tidak lebih hanya untuk mendampingi dan membantu peserta didik belajar, sehingga mereka dapat tumbuh dengan pendewasaan dalam menghadapi situasi yang dihadapi kelak.                 
            Selain masalah tersebut, penerapan kurikulum 2013 juga tidak dilakukan secara serentak dan merata. Bagi sekolah yang belum memiliki fasilitas  memadai diperkenankan untuk tetap menerapkan KTSP, tapi bagi sekolah yang sudah mampu diperkenankam untuk menerapkan Kurtilas dan menjadi pelopor bagi sekolah- sekolah lain. Hal tersebut menjadi baik, dalam artian pemerintah tidak mendesak setiap sekolah untuk segera menerapkan kurtilas. Namun, kondisi tersebut dapat menimbulkan kesenjangan dan deskriminasi antar sekolah. Kesenjangan dalam hal ini bisa ditinjau dari kesenjangan hasil lulusan peserta didik dari Kurtilas dengan KTSP yang tentu akan berbeda. Deskriminasi dapat terjadi karena bagi sekolah yang sedang mempersiapkan diri untuk mengganti kurikulum menjadi kurtilas, disaat yang bersamaan pemerintah juga sedang menyusun kurikulum baru, atau disaat sekolah belum lama menerapkan kurtilas tapi sudah    ada wacana perubahan kurikulum lagi. 
             Ketidakmerataan tersebut dimungkinkan dapat menambah masalah baru dalam dunia pendidikan., karena selain masalah fasilitas yang belum merata untuk setiap sekolah, model pembelajarannya pun juga tidak merata. Dengan demikian, pemerintah perlu bergerak cepat untuk memberikan lesson study kepada para guru, dan pelatihan- pelatihan lain secara masif supaya kurikulum 2013 dapat segera diterapkan di seluruh sekolah. 
              Kurikulum 2013 sudah menjadi kurikulum yang tepat untuk menjalankan pendidikan di Indonesia. Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, pemerintah perlu meninjau ulang bagaimana kesiapan tiap sekolah untuk menerapkannya, sehingga pemerintah dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di lapangan dan dapat menyusun perencanaan pembelajaran yang lebih tepat untuk peserta didik di Indonesia. 


Referensi : 
Pendas, F. (2015). Menjawab dinamika implementasi kurikulum 2013 di sekolah dasar.   
Jurnal PGSD UNIMED, 4(2), 1-11. DOI : http://dx.doi.org/10.24114/esjpgsd.v4i2.3960.      Diakses pada tanggal 4 April 2022

Djaelani, A.R., Hawik Henry Pratikto, Toni Setiawan. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 dan       Permasalahannya (Studi Kasus Di Smk Ganesa Kabupaten Demak). Jurnal Pawiyatan.      https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://e-journal.ivet.ac.id/index.php/pawiyatan/article/view/800/723&ved=2ahUKEwiOwLaYt4b3AhVw6XMBHVp0DBUQFnoECAsQAQ&usg=AOvVaw0g2k8HF6O10lrFyEpoXYvd. Diakses pada tanggal 6 April 2022

Makplus, Om. (2016). Pengertian kurikulum serta definisi kurikulum menurut para ahli. Definisi dan Pengertian Menurut Para Ahli. http://www.definisi-pengertian.com/2016/01/pengertian-kurikulum-definisi-menurut-ahli.html?m=1. Diakses pada tanggal 9 April 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Berkelanjutan dan Ketahanan Masyarakat untuk Menanggulangi Risiko Masyarakat

Resiko Kebakaran Hutan Selama Musim Kemarau