Pembangunan Berkelanjutan dan Ketahanan Masyarakat untuk Menanggulangi Risiko Masyarakat

Disusun Oleh : Ihwana Bela (21413241033)

Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia menunjukkan bahwa cuaca ekstrem, penurunan ikatan sosial, dan perburukan kesehatan mental akan menjadi ancaman global jangka pendek terbesar dalam kurun dua tahun ke depan. Jenis cuaca ekstrem, seperti banjir dan badai, menjadi perhatian utama karena potensi kerugian ekonomi dan dampak kemanusiaan yang signifikan. Di sisi lain, penurunan ikatan sosial menandai risiko terhadap kesejahteraan sosial, yang dapat menyebabkan isolasi sosial, kesepian, dan peningkatan ketidaksetaraan dan konflik dalam masyarakat. Selain itu, perburukan kesehatan mental dianggap sebagai bahaya kesehatan, terutama karena stres psikologis yang dapat muncul sebagai akibat dari perubahan ekonomi dan ketidakpastian dalam aspek sosial. Ketiga risiko ini dapat berdampak negatif satu sama lain karena saling terkait. Misalnya, stres dan trauma yang disebabkan oleh cuaca ekstrim dapat memperburuk kondisi kesehatan mental, sementara kehilangan hubungan sosial dapat meningkatkan kerentanan terhadap risiko kesehatan mental.

Menurut Tamara Bekefi, Beth Jenkins, dan Beth Kytle (2006), risiko sosial adalah risiko yang berkaitan dengan keadilan ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan di lingkungan perusahaan. Resiko sosial juga mencakup ancaman terhadap kesejahteraan masyarakat yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kemiskinan dan ketimpangan. Kemiskinan dapat menyebabkan ketidaksetaraan ekonomi, meningkatkan risiko ketidaksetaraan sosial, dan mengganggu keseimbangan lingkungan sosial.

Risiko alam merujuk pada serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik maupun peningkatan kesadaran masyarat dalam menghadapi bencana. Resiko alam terkait dengan bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan perubahan iklim. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan fisik, mengancam nyawa, dan merusak sumber daya alam. Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu global, dapat memicu peristiwa ekstrem, mempengaruhi keanekaragaman hayati, dan mengubah pola cuaca, yang semuanya berdampak pada keberlanjutan lingkungan.

Risiko mental melibatkan ancaman terhadap kesehatan mental individu dan masyarakat secara keseluruhan. Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres dapat muncul sebagai hasil dari tekanan hidup, isolasi sosial, atau trauma. Stigma terhadap masalah kesehatan mental juga dapat menciptakan hambatan bagi individu untuk mencari bantuan dan dukungan.

Pemahaman dan penanganan ketiga aspek ini sangat penting untuk membangun keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan dapat mengurangi risiko bencana alam dan memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat. Dukungan sosial yang kuat juga dapat membantu individu mengatasi tekanan hidup dan mengurangi risiko kesehatan mental.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu program yang melibatkan Pembangunan berkelanjutan dan Ketahanan Masyarakat.

Program komprehensif yang disebut Program Pembangunan Berkelanjutan dan Ketahanan Masyarakat bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara kesejahteraan sosial, perlindungan lingkungan, dan kesehatan mental. Tujuan program ini adalah untuk mengurangi risiko sosial, alam, dan mental serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari hambatan tersebut. Beberapa elemen penting yang dapat dimasukkan ke dalam program ini adalah sebagai berikut:

1. Penguatan ketahanan komunitas dengan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi mereka, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menangani risiko alam dengan memberikan pelatihan keterampilan tanggap bencana dan perencanaan darurat.

2. Pendidikan dan kesadaran dilakukan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko sosial, alam, dan kesehatan mental melalui program pendidikan; mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan praktik pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Ilmu tentang tanggap bencana dan risiko sosial, alam, dan mental yang mungkin terjadi juga perlu diajarkan melalui lembaga pendidikan agar mereka lebih siap untuk menghadapi segala tantangan muncul pada masa mendatang.

3. Layanan kesehatan mental yang terjangkau dan aksesibel dapat diterapkan dengan membangun sebuah layanan kesehatan mental di sekolah dan rumah sakit dengan biaya yang terjangkau atau penjaminan oleh pemerintah. Pemerintah dan lembaga lainnya juga perlu memberikan pendampingan terhadap generasi muda serta menerapkan kebijakan yang tepat demi perbaikan kesehatan mental generasi muda. 

4. Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dapat dilakukan dnegan mendorong praktik berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam, misalnya reboisasi, daur ulang, dan perlindungan habitat, menyusun kebijakan lingkungan yang mendukung pengembangan berkelanjutan, pengurangan risiko bencana, dan menindak tegas pelaku perusakan lingkungan.

5. Dukungan sosial dan pemberdayaan dapat dilakukan dengan membangun jaringan dukungan sosial di tingkat lokal dan nasional untuk mengatasi risiko sosial. Membangun fondasi kesejahteraan sosial juga penting dilakukan dengan menjamin kehidupan masyarakat melalui layanan pendidikan dan layanan kesehatan.

Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program tersebut. Langkah-langkah preventif, reaktif, dan pemulihan harus diintegrasikan untuk mengurangi dampak buruk dan membangun fondasi kesejahteraan yang kokoh. 

Sumber :

https://www3.weforum.org/docs/WEF_GRR22_Press_Release_Indonesia.pdf

https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/risiko-bisnis-finansial-sosial-dan-emosional-serta-cara-memitigasinya

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/26/141402669/mitigasi-bencana-pengertian-tujuan-jenis-dan-contohnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resiko Kebakaran Hutan Selama Musim Kemarau